Hidup adalah perjalanan kehilangan. Hidup adalah kumpulan perpisahan - Joko Pinurbo
Semalaman aku tidak bisa tidur nyenyak. Sesekali melihat pesan yang masuk ke WA dari smartphone yang memang sengaja aku taruh di dekat tempat tidur. Aku hanya tidak ingin mendapat berita itu. Berharap semua baik- baik saja dan kembali seperti semula. Nyatanya Allah punya kehendak lain dan berita itu datang juga. Tepat saat adzan subuh berkumandang, berita kehilangan - lagi aku dapatkan. Iya, salah satu orang yang aku sayangi telah kalah melawan maut.
"Tolong Nis, Y beri semangat. Dia habis operasi benjolan" begitu WA dari kakakku di kampung halaman. Aku pun mengiyakan dan segera kirim pesan ke Y yang merupakan ponakan sekaligus teman "bertengkar" waktu kecil dulu. Walaupun berstatus bibi dan keponakan, namun usia kami tidak terlalu jauh dan itulah yang membuat dia cukup dekat denganku.
Meskipun kemuudian kami tinggal berjauhan, aku dan Y serta keluarga lainnya tergolong cukup dekat. Pada moment khusus seperti hari raya, saudara hajatan atau ketika liburan kami sering kumpul di rumah emak. Biasanya sambil buat sate, mie ayam atau makanan lainnya yang bisa dimakan bersama- sama. Belum lagi melalui grup WA keluarga biasanya kami semua sering bercanda yang menambah keakraban kita.
Maklum aku tujuh bersaudara dan semua sudah berkeluarga dan tinggal di beberapa kota yang berbeda. Aku sendiri sudah tidak hafal satu persatu nama lengkap ponakan. Karena sudah beranak pinak dan banyak yang melalang buana. Bahkan aku kini pun sudah memiliki cucu dari ponakan nomer pertama dan kedua. Bisa dibayangkan kan jika kami berkumpul? Iya, sekedar untuk duduk saja susah mencari tempat kosong. Tapi justru itulah moment yang kami rindukan setiap tahunnya sehingga memaksa kami meluangkan waktu untuk berkumpul bersama.
Kembali lagi ke keponakanku Y, aku kira dia hanya benjolan biasa dalam artian tumor jinak. Karena saudaraku lainnya beberapa tahun terakhir ini mengalaminya sehingga harus operasi. Aku pikir, habis operasi semua akan kembali seperti semula dan sehat saja. Ternyata aku salah. Saat pulang kampung dan bertemu dengan kakakku yang merupakan ibu dari Y, beliau menceritakan kalo benjolan pada PD si si Y ternyata kanker payudara stadium 3. Terasa ada gunung yang tiba- tiba menjatuhi tubuhku mendengar kabar itu.
Jujur, kami semua tidak menyangka jika si "cerewet" yang tidak pernah menampilkan wajah sedihnya itu sedang berjuang melawan "monster" di tubuhnya. Saat kami bertemu pun dia masih tetap ceria menceritakan penyakit yang dialami. Lagi- lagi tanpa ekspresi sedih. Setelah menjalani operasi pun dia beraktivitas seperti semua. Aktif kembali menjadi dosen di universitas yang ada di salah satu pondok modern ternama di negeri ini.
Semua Sudah Terlambat
Jika ada yang mengatakan tak ada kata terlambat, sejatinya kata tersebut tidak selamanya demikian. Nyata ponakanku harus merelakan nyawanya karena kata terlambat. Kalau ada pertanyaan mengapa baru ketahuan setelah stadium 3? Itu semua sudah dalam jalannya, itulah yang bisa kami katakan.
Sebenarnya Y sudah lama merasakan ada yang tak beres dalam tubuhnya. Bahkan ia sudah sempat periksa ke dokter. Namun kata dokter benjolan pada tubuh Y bukanlah kanker. Benjolan tersebut hanya faktor hormon yang akan muncul jika kelelahan atau menjelang haid. Tetapi setelah benjolan tersebut semakin terlihat dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
Berbagai upaya pun dilakukan demi kesembuhan. Dari mulai pengangkatan PD, kemoterapi, laser serta tindakan medis lainnya. Nyatanya di titik ini Allah lebih menyayanginya dan memanggilnya untuk berada di sisiNya lebih cepat.
Tentang Perjalanan Pulang
Salah satu "mimpi buruk" perantau seperti aku adalah menerima berita kehilangan. Siap tidak siap harus menerimanya. Bisa saja orang tua, saudara juga keponakan seperti yang aku alami. Dan sialnya, perjalanan kehilangan yang aku lakukan hanya mengantarkan kesedihan. Aku tak dapat lagi melihat wajahnya, apalagi memeluk tubuh yang terakhir aku temui itu sudah ringkih itu. Yang aku temui hanya orang- orang yang sama- sama kehilangan seperti aku. Ya, kami hanya bisa saling menguatkan dan mendoakan semoga segala amal Y mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya
Posting Komentar
Posting Komentar