pict : kemenpora.go.id |
Beberapa bulan yang lalu, publik di hebohkan dengan data yang dirilis Kabupaten Ponorogo tentang ratusan anak yang mengajukan dispensasi menikah. Bukan hanya di Ponorogo, kasus serupa juga terjadi di beberapa Kabupaten lain di Jawa Timur. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Timur mengatakan tingginya permohonan dispensasi nikah (diska) merupakan fenoma gunung es. Itu artinya masih banyak kasus yang tidak terlihat, datanya tidak dilaporakan tapi sebenarnya terjadi di masyarakat.
Pengadilan Tinggi Surabaya pun merilis data, di tahun 2022 saja ada sebanyak 15.424 pengajuan diska yang masuk. Dari angka tersebut, kasus diska karena 80% lebih telah hamil terlebih dahulu. Sedangkan sisanya karena perjodohan, ekonomi dan adat istiadat yang memaksa anak untuk menikah. Yang dimaksud perkawinan anak adalah pernikahan yang terjadi saat salah satu pihak, baik mempelai laki- laki maupun perempuan dibawah 18 tahun dan belum memiliki kematangan baik psikologis, fisik dan fisiologis
Banyak yang menganggap pernikahan adalah hal yang lumrah dan setiap manusia berhak untuk berkumpul dan membentuk keluarga. Namun jika diicermati lebih jauh, perkawinan anak bisa jadi masalah besar bagi masa depan Indonesia. Karena generasi muda tersebutlah yang menjadi tumpuan ke depannya untuk meneruskan cita- cita bangsa.
Penyebab Tingginya Angka Pernikahan Dini di Indonesia
Bukan tanpa sebab, angka pernikahan dini di Indonesia hingga kini masih cukup tinggi. Masih kurangnya edukasi dan sosialisasi dampak perkawinan anak kepada anak dan masyarakat menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu ada beberapa faktor lain yaitu :
Tingkat pendidikan
Beberapa masyarakat masih menganggap pendidikan bagi perempuan tidaklah penting. Perempuan setinggi apapun pendidikannya akan percuma saja karena pada akan berakhir di kasur, sumur dan dapur. Itulah sebabnya saat anak perempuan sudah tidak melanjutkan pendidikan, maka cara terbaik dengan menikahkan meskipun dari sisi usia masih kurang.
Kemiskinan
Keadaan ekonomi keluarga yang kekurangan serta anggapan bahwa anak perempuan merupakan tanggung jawab keluarga. Pemikiran tersebut membuat banyak yang menikahkan anak perempuan sediini mungkin sehingga untuk mengurangi beban keluarganya.
Kritik sosial
Masyarakat desa khususnya banyak yang berstigma, anak perempuan harus segera menikah agar tidak jadi aib keluarga karena dianggap tidak laku. Tidak jarang, untuk menyegerakan anak perempuan menikah mereka akan menjodohkan sang anak sejak kecil.
Dampak Pernikahan Dini
Bicara tentang pernikahan anak, tentu perempuanlah yang paling dirugikan. Selain hilangnya kesempatan untuk mengejar cita- citanya, ada dampak yang lebih besar dari hal tersebut antara lain:
Dampak Kesehatan
Pasangan muda umumnya masih memiliki keterbatasan akses informasi terutama tentang kesehatan reproduksi. Karena itu saat mengalami kehamilan memiliki risiko yang lebih tinggi bahkan menjadi penyebab utama kematian anak muda dibawah 18 tahun. Anak yang dilahirka pun berpotensi mengalami sunting lebih tinggi.
Dampak Sosial
Pernikahan anak akan melahirkan keluarga baru yang belum memiliki kematangan baik fisik maupun psikologisnya. Tidak jarang karena emosi belum stabil menyebabkan terjadinya tindak KDRT hingga perceraian. Di tambah lagi kondisi ekonomi yang belum mapan mengakibatkan semakin melanggengkan kemiskinan serta menjadi penyuumbang generasi stunting di masa depan.
Mengetahui dampak yang besar ditambah lagi kasus pernikahan dini cukup tinggi tentu mengkhawatirkan. Bahkan data dari UNICEF di tahun 2018, Indonesia menduduki Indonesia peringkat 7 di dunia terkait pernikahan dini. Sedangkan di ASEAN Indonesia menduduki peringkat ke -2 dengan angka pernikahan usia sekitar 23 juta anak.
Melihat fenomena kasus pernikahan anak dampaknya yang besar khususnya di Kalimantan Barat membuat mengetuk hati Nodrianto untuk melakukan sesuatu. Ia pun menggagas GenRengers Educamp yang merupakan program kemah yang bertujuan memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi hingga dampak buruk pernikahan dini.
Perjalanan Nordianto Bersama GenRengers Educamp
Keseriusan Nordianto yang akrab dipanggil Anto untuk menyuarakan dampak besar dari pernikahan dini bukan tanpa sebab. Belajar dari kisah yang dialami sang ibu yang harus merelakan cita- citanya serta berkali- kali keguguran, membuat Anto termotivasi dan menemukan apa yang ia cari selama ini yaitu mengkampanyekan bahaya pernikahan dini. Ia percaya siapapun bisa menjadi pahlawan terutama bagi sekitarnya seperti impiannya semasa kecil saat melihat film super hero.
pict: jakartanews.com |
Di tahun 2016, Anto pun mewujudkan kepeduliannya dengan menggagas GenRengers yang memiliki program kemah sebagai jalan memberikan edukasi dan pelatihan untuk generasi muda. Melalui educamp ini harapannya generasi muda dapat menyerap informasi yang diberikan khususnya tentang kesehatan reproduksi, bahaya seks bebas hingga wawasan tentang kemandirian psikologis dan finansial sebelum membangun pernikahan.
Dari pelatihan tersebut, harapan Anto peserta tidak hanya menerima informasi untuk dirinya sendiri namun melahirkan local champion atau kader- kader yang siap berbagi informasi kepada masyarakat yang lebih luas khususnya di lingkungan masing- masing.
Tidak sia- sia kerja keras yang dilakukan Anto bersama GenRengers ini. Program Educamp yang ia gagas telah menjangkau beberapa kabupaten di Kalimantan Barat dan juga menyebar ke lima provinsi lainnya. Replika kegiatan GenRengers ini banyak di tiru daerah lain sebagai upaya menekan pernikahan dini. Tidak sia- sia, di tahun 2020 saja GenRangers memiliki 20 relawan aktif yang menjadi tim inti GenRengers Educamp.
Memang impian Anto untuk generasi muda khususnya tidak berhenti disitu saja. Anto berharap generasi muda memiliki kepedulian yang tinggi serta lebih bijak daam merespon permasalahan yang ada di sekitarnya. Anak mudah harus bisa menjadi pahlawan tidak hanya untuk dirinya tetapi untuk ligkungan serta masyarakat luas.
Atas dedikasinya yang tinggi serta kepeduliannya terhadap generasi muda terhadap dampak terhadap pernikahan dini, tahun 2018 Nordianto mendapatkan penghargaan bidang kesehatan Satu Indonesia Award dari Astra Indonesia.
Sumber:
https://www.kemenpora.go.id/detail/68/nordianto-hartoyo-penggagas-genrengers-educamp-untuk-peduli-bahaya-pernikahan-muda
Posting Komentar
Posting Komentar